Dari beberapa hal yang sangat menyakitkan jiwa kita adalah
ketidakjujuran dalam bentuk apa pun. Berbohong biasanya mulai dari anak-anak,
karena mereka takut tidak disetujui atau dihukum.
Biasanya anak-anak ketahuan ketika mereka berbohong, dan
mereka mengetahui bahwa konsekuensinya jauh lebih berat dari pada hal-hal yang
mereka takuti sebenarnya. Hal ini akan menyebabkan dia mempertahankan sikap
tidak jujurnya. Kadang-kadang, seorang anak bisa “bolos” dengan berbohong, dan
sikap itu akan tetap ada. Merasa lega karena tidak ketahuan, diikuti dengan
rasa bersalah atau semacam rasa tidak menghormati orang yang berbohong. Hal ini
bisa terjadi jika seorang anak tidak diatur oleh orang tuanya atau jika sebuah
keluarga tidak memasukkan kejujuran ke dalam ajarannya. Di sisi lain, jika
suatu keluarga dikendalikna oleh sosok otoriter yang mengharuskan kejujuran,
maka anak tersebut bisa mendapatkan kepuasan dari bagaimana dia bisa melepaskan
diri dari kejujuran itu sendiri. Berbohong akan menjadi kebiasaan bagi anak
tersebut.
Setelah remaja, anak tersebut menjadi semakin tidak jujur
yang didorong oleh perasaan pemberontakannya dan kepuasan yang dia dapatkan
setiap kali dia bisa membohongi atau menipu orang. Dia mulai bohong tentang
hal-hal yang tidak penting, mencuri barang-barang yang tidak dia inginkan,
hanya untuk memberikan kesenangan. Tingkah laku ini menjadi kebiasaan, mulai
mengendalikannya bahkan lebih kuat dari dirinya sendiri.
Steven, ketika masih kanak-kanak, selalu berbohong kepada ayahnya.
Ayahnya seorang yang sangat disiplin dan tidak segan untuk memukul jika Steven
tidak melakukan apa yang diperintahkan ayahnya. Ibunya, yang juga sering
menjadi korban pemukulan ayahnya, yang menjadi “sahabat”nya, sering
menertawakan dibelakang ayahnya ketika mereka berhasil membohonginya agar tidak
dipukuli. Berbohong menjadi kebiasaannya dan keahliannya. Ketika mulai sekolah,
Steven melihat bahwa berbohong dapat membuatnya mempunyai pacar banyak, nilai
bagus, dan perhatian banyak orang. Hingga ditingkat SMA, satu per satu
kebohongannya mulai terbongkar dan diketahui. Akhirnya Steven dikucilkan dan
tidak punya teman satu orang pun.
Steven tahu dia punya masalah, tapi dia tidak mau
memperbaikinya. Dia memutuskan untuk masuk ke dalam Angkatan Laut dan meninggalkan
kota, yang menurutnya bisa membuatnya keluar dari masalahnya. namun demikian,
karena masalah tersebut ada di dalam dirinya, maka ke mana pun dia pergi,
masalah tersebut akan tetap bersamanya, bahkan menciptakan kesulitan yang
semakin banyak dalam kehidupannya. Dia hidup dalam dunia ilusi, yang diciptakan
oleh ketidakmauannya untuk menghilangkan kebiasaanya yang telah dia bentuk
sejak kecil.
Ketidakjujuran Steven membuatnya terluka secara spiritual,
dan ini adalah bentuk luka yang paling serius sehingga kita bisa melukai diri
kita sendiri. Berbohong menimulkan konsekuensi yang berat, karena berlaku hukum
sebab akibat. Tuhan tidak menghukum kita atas dosa kita. Tapi konsekuensi dari
dosa kitalah yang merupakan hukuman bagi kita. Jika kita tidak bisa menemukan
keberanian untuk menghadapi kesulitan dan kesalahan kita, dan mengerti dari
mana asalnya, kita tidak akan pernah bisa menemukan siapa diri kita. Luka yang
telah kita torehkan pada jiwa kita harus bisa kita hadapi agar kita bisa tumbuh
secara spiritual.
Source : Buku "The Choice Is Yours - Bonnie M. Parsley"